#BornToBeARockstar
“Nek koe nandur gedang, yo entuk’e gedang, le. Apa yang awakmu tanem, itu sing awakmu tuai.” Itulah yang acap kali Alharhum Bapak saya katakan dulu. Sebuah kalimat klise yang saya yakin satu dunia tahu. Meskipun klise, saya rasa itu ada benarnya. Tepatnya saya baru sadar bahwa saya mengalaminya. Tepatnya lagi, saya melihat kata-kata itu secara magis terjadi pada senior saya semasa di kampus dulu. Rashi Bintang Mahardika. Seorang pengusaha clothing untuk bayi dan anak.
Beben (panggilan akrab Rashi) pernah bercerita kepada saya bagaimana ia mencintai musik. Meskipun tidak bisa bermain alat musik dan suaranya cenderung fals bahkan ketika ia berbicara, tidak lantas melunturkan kecintaannya pada musik. Katanya, mencintai musik tidak harus sanggup memainkannya. Sama halnya seperti mencintai seseorang. Cukup mengerti apa yang ingin disampaikan orang yang kamu cintai. Dengarkan saja. Ada-ada saja.
Sejak dulu Ayahnya Beben selalu memutar musik The Beatles di tape tua miliknya. Hal itu jelas tertanam sampai ketika Beben menikah, lagu yang ia request adalah lagu-lagu The Beatles. Beben pernah bercerita, saat SMP ia sangat menggilai Blink-182. Kakaknya-lah yang mengajarinya mengenal musisi punk Amerika itu. Kegilaannya itu sampai mebuahkan merchandise orisinil Blink-182 yang sampai sekarang masih disimpannya. Kegilaannya juga membuahkan kecintaan beben pada band punk tanah air.
Tepatnya pada hari Jumat tanggal 10 September 2021 di daerah Cipete, Jakarta Selatan, saya melihat kata-kata magis itu bekerja. Beben memetik buah yang ia tanam dahulu. Kecintaannya terhadap musik punk sejak SMP melahirkan pertemuan dengan musisi legendaris Indonesia. Christopher Bollemeyer, atau kerap disapa Coki. Pentolan band punk Indonesia yang sejak 2015 mengubah nama band mereka dari NETRAL menjadi NTRL.
Beben mengajak saya bertemu Coki untuk alasan bisnis. Kolaborasi tepatnya. Usaha clothing miliknya mampu mengajak band sekelas NTRL untuk berkolaborasi membuat merchandise anak. Hebat. Saat di rumah Coki, nampak jelas bagaimana sorot mata Beben menyala ketika ia mengobrol dengan Coki. Apa istilahnya? Starstruck? Apapun itu yang jelas saya melihat bagaimana bahasa tubuhnya menunjukan bahwa ia grogi dan nervous sepanjang waktu. Bahkan sampai kita pulang ke Bandung, tak henti-hentinya Beben memutar lagu-lagu NTRL dan berbicara bagaimana hebatnya Coki. Sampai akhirnya saya mual dan absen beberapa saat untuk mendengarkan lagu NTRL.
Apa yang dialami Beben mungkin memang urusan bisnis. Tapi tetap saja, pertemuan itu benar-benar buah yang Beben petik dari apa yang ia tanam, kan?